home

 
clock
houkni mi
meine ipod
Myspace Mp3 Player, MySpace MP3 Players, Flash MP3 PlayersCheck out this MySpace MP3 Player!


Other things
fsQUE
fsHUBBY
ourLIFE
gotTAGGED
fbQUE
diveTHINGY
ourHOBBY

jsi návštěvník číslo
Soekarno - Sejarah yang tak memihak
Thursday, January 31, 2008
Posted by Iman Brotoseno under: SEJARAH; SOEKARNO .

Malam minggu. Hawa panas dan angin seolah diam tak
berhembus. Malam ini saya bermalam di rumah ibu saya. Selain
rindu masakan sambel goreng ati yang dijanjikan, saya juga
ingin ia bercerita mengenai Presiden Soekarno. Ketika semua
mata saat ini sibuk tertuju, seolah menunggu saat saat
berpulangnya Soeharto, saya justru lebih tertarik mendengar
penuturan saat berpulang Sang proklamator. Karena orang tua
saya adalah salah satu orang yang pertama tama bisa melihat
secara langsung jenasah Soekarno.

Saat itu medio Juni 1970. Ibu yang baru pulang berbelanja,
mendapatkan Bapak (almarhum) sedang menangis sesenggukan.

" Pak Karno seda " ( meninggal )

Dengan menumpang kendaraan militer mereka bisa sampai di
Wisma Yaso. Suasana sungguh sepi. Tidak ada penjagaan dari
kesatuan lain kecuali 3 truk berisi prajurit Marinir ( dulu
KKO ). Saat itu memang Angkatan Laut, khususnya KKO sangat
loyal terhadap Bung Karno. Jenderal KKO Hartono - Panglima
KKO - pernah berkata ,

" Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO. Merah kata Bung
Karno, merah kata KKO "

Banyak prediksi memperkirakan seandainya saja Bung Karno
menolak untuk turun, dia dengan mudah akan melibas Mahasiswa
dan Pasukan Jendral Soeharto, karena dia masih didukung oleh
KKO, Angkatan Udara, beberapa divisi Angkatan Darat seperti
Brawijaya dan terutama Siliwangi dengan panglimanya May.Jend
Ibrahim Ajie.

Namun Bung Karno terlalu cinta terhadap negara ini.
Sedikitpun ia tidak mau memilih opsi pertumpahan darah
sebuah bangsa yang telah dipersatukan dengan susah payah. Ia
memilih sukarela turun, dan membiarkan dirinya menjadi
tumbal sejarah. The winner takes it all. Begitulah sang
pemenang tak akan sedikitpun menyisakan ruang bagi mereka
yang kalah. Soekarno harus meninggalkan istana pindah ke
istana Bogor . Tak berapa lama datang surat dari Panglima
Kodam Jaya - Mayjend Amir Mahmud - disampaikan jam 8 pagi
yang meminta bahwa Istana Bogor harus sudah dikosongkan jam
11 siang.

Buru buru Bu Hartini, istri Bung Karno mengumpulkan pakaian
dan barang barang yang dibutuhkan serta membungkusnya dengan
kain sprei. Barang barang lain semuanya ditinggalkan.

" Het is niet meer mijn huis " - sudahlah, ini bukan rumah
saya lagi ,

demikian Bung Karno menenangkan istrinya.

Sejarah kemudian mencatat, Soekarno pindah ke Istana Batu
Tulis sebelum akhirnya dimasukan kedalam karantina di Wisma
Yaso.

Beberapa panglima dan loyalis dipenjara. Jendral Ibrahim
Adjie diasingkan menjadi dubes di London . Jendral KKO
Hartono secara misterius mati terbunuh di rumahnya.

Kembali ke kesaksian yang diceritakan ibu saya. Saat itu
belum banyak yang datang, termasuk keluarga Bung Karno
sendiri. Tak tahu apa mereka masih di RSPAD sebelumnya.
Jenasah dibawa ke Wisma Yaso. Di ruangan kamar yang suram,
terbaring sang proklamator yang separuh hidupnya dihabiskan
di penjara dan pembuangan kolonial Belanda. Terbujur dan
mengenaskan. Hanya ada Bung Hatta! dan Ali Sadikin -
Gubernur Jakarta - yang juga berasal dari KKO Marinir.

Bung Karno meninggal masih mengenakan sarung lurik warna
merah serta baju hem coklat. Wajahnya bengkak bengkak dan
rambutnya sudah botak.

Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan
penuh dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya. Yang
ada hanya termos dengan gelas kotor, serta sesisir buah
pisang yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti
nyamuk. Kamar itu agak luas, dan jendelanya blong tidak ada
gordennya. Dari dalam bisa terlihat halaman belakang yang
ditumbuhi rumput alang alang setinggi dada manusia !.

Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke
atas karpet di lantai di ruang tengah.

Ibu dan Bapak saya serta beberapa orang disana sungkem
kepada jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra
datang, dan juga orang orang lain.

Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak
dimakamkan jenasah proklamator. Walau dalam Bung Karno
berkeingan agar kelak dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor
. Pihak militer tetap tak mau mengambil resiko makam seorang
Soekarno yang berdekatan dengan ibu kota. Maka dipilih
Blitar, kota kelahirannya sebagai peristirahatan terakhir.
Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman ini.

Dalam catatan Kolonel Saelan, bekas wakil komandan
Cakrabirawa, " Bung karno diinterogasi oleh Tim Pemeriksa
Pusat di Wisma Yaso. Pemeriksaan dilakukan dengan cara cara
yang amat kasar, dengan memukul mukul meja dan memaksakan
jawaban. Akibat perlakuan kasar terhadap Bung Karno,
penyakitnya makin parah karena memang tidak mendapatkan
pengobatan yang seharusnya diberikan. "

( Dari Revolusi 1945 sampai Kudeta 1966 )

dr. Kartono Mohamad yang pernah mempelajari catatan tiga
perawat Bung Karno sejak 7 februari 1969 sampai 9 Juni 1970
serta mewancarai dokter Bung Karno berkesimpulan telah
terjadi penelantaran. Obat yang diberikan hanya vitamin B,
B12 dan duvadillan untuk mengatasi penyempitan darah.
Padahal penyakitnya gangguan fungsi ginjal. Obat

yang lebih baik dan mesin cuci darah tidak diberikan.

( Kompas 11 Mei 2006 )

Rachmawati Soekarnoputri, menjelaskan lebih lanjut, " Bung
Karno justru dirawat oleh dokter hewan saat di Istana
Batutulis. Salah satu perawatnya juga bukan perawat. Tetapi
dari Kowad

"

( Kompas 13 Januari 2008 )

Sangat berbeda dengan dengan perlakuan terhadap mantan
Presiden Soeharto, yang setiap hari tersedia dokter dokter
dan peralatan canggih untuk memperpanjang hidupnya, dan
masih didampingi tim pembela yang dengan sangat gigih
membela kejahatan yang dituduhkan. Sekalipun Soeharto tidak
pernah datang berhadapan dengan pemeriksanya, dan ketika tim
kejaksaan harus datang ke rumahnya di Cendana. Mereka harus
menyesuaikan dengan jadwal tidur siang sang Presiden !

Malam semakin panas. Tiba tiba saja udara dalam dada semakin
bertambah sesak. Saya membayangkan sebuah bangsa yang
menjadi kerdil dan munafik. Apakah jejak sejarah tak pernah
mengajarkan kejujuran ketika justru manusia merasa bisa
meniupkan roh roh kebenaran ? Kisah tragis ini tidak banyak
diketahui orang. Kesaksian tidak pernah menjadi hakiki
karena selalu ada tabir tabir di sekelilingnya yang diam
membisu. Selalu saja ada korban dari mereka yang
mempertentangkan benar atau salah.

Butuh waktu bagi bangsa ini untuk menjadi arif.

Kesadaran adalah Matahari Kesabaran adalah Bumi

Keberanian menjadi cakrawala Keterbukaan adalah pelaksanaan
kata kata

( * WS Rendra )

Labels:

posted by ten @ 31.1.08   0 comments
Would You?
Thursday, January 24, 2008
Please dech ah!
Just STOP asking about that thing again!!!
Would you stop???

Capek dech denger "Udah hamil lom?" atau "Tapi ngga nunda khan?"
Baru juga 2 bulan nikah udah diteror kata2 itu terus.
Tapi ada loh yg parah bgt, ceritanya satu hari sesudah nikah ada seorang ibu yg bertanya kepadaku.
"mbak, udah hamil belom??" dan aku cuma tersenyum kecut.

ibu, ibu, wong jebol aja belom udah ditanyain hamil.
kira2 donk...
huehehehe...

Labels:

posted by ten @ 24.1.08   0 comments
Long Time No Write
Monday, January 21, 2008
Januari?

Gileee udah hampir 5 bulan gw ngga nulis.
Buat yang mungkin ngga notice, dari september ke desember itu gw sibuk ama yg namanya urusan pernikahan.
Dan rencananya [mudah2an cepet] gw akan bikin blog nikah gw a-z [kl ngga sibuk yaaa]
hueheheuhehuee....

Well.
Good to be back.

Labels:

posted by ten @ 21.1.08   0 comments
o mně

Name: ten
Home: rainy-city, Java, Indonesia
About Me: obyčejná žena s vyjímečným chováním
czech me out
minulé vydání
můj článek měsíce
blogy přátel
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER

© 2007| home coding by free template| redesign by [ten.]