Setelah bergulat dengan binatang peliharaan yg notabene selalu mempunyai nama yg sama setiap generasinya, akhirnya diriku punya kucing baru yg mempunyai nama yg berbeda.
Selamat ya Erika! ;-)
Begini Kronologisnya:
21.10.2006; 06.00am Setelah mengalami pergulatan fisik dengan tulang kakiku, kuputuskan untuk membawanya ke panti pijat tulang di cimande. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam dengan motor, akhirnya aku dan papa ku sampai juga ke tempat tujuan. Terlihat pasien2 rawat inap yg patah tulang di pojokan rumah pijatnya. Kutemui juru pijatku yg biasa.
“eh, si eneng, kunaon neng?” ujarnya. “ Iye mang, lutut abdi teh geser deui. Nu baheula karasa deui” jawabku.
Bapak2 separuh baya itu langsung menyuruhku berbaring. Dengan jari2nya yg sangat kuat, ia mencengkram kakiku mengikuti alur2 urat kakiku. Sakitnya luar biasaaaaaa… Sesekali aku menjerit, meronta2 memohon ampunan kepada si bapak pemijat agar sedikit lebih ‘gentle’. Tapi tak digubris olehnya! Hiks…
21.10.2006; 07.30am Dengan keringat yg luar biasa terkucur dari tubuhku, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Kakiku dibalut oleh ramuan kencur yg mengeluarkan bau yg luar biasa menyengat. Rasanya ingin muntah kalau sesekali tercium bau itu. Apalagi disaat puasa begini.
Setelah berpamitan dengan tukang pijatnya, aku dan papaku memutuskan untuk lewat cihideung karena sedikit lebih dekat dari pertigaan batu tulis. Setelah melewati daerah2 yg antah berantah, kami dikagetkan dengan keberadaan kucing kecil di belokan jalan. Papaku dengan sigap mengerem motornya dan berteriak kepada pengemudi lain agar memberhentikan kendaraannya.
Sikucing kecil berwarna hitam dengan highlight kuning ini justru berhenti di tengah jalan. Jalannya sempoyongan (ngga tau krn dia kelaparan atau memang dia masih sangat kecil), dengan tertatih2 krn habis dipijat, kuraih kucing itu dan aku berjalan ke pinggir.
“ Wah, kita taruh dimana nih pa?” tanyaku. “ Kita bawa aja dulu sampai kita ketemu tempat yg aman buat dia jalan2” jawab papaku. “ Tapi dia sempoyongan pa, mgkn dia kelaparan” ujarku. “ Kalau gitu, kita kasih makan dulu, nanti kita lepas” ujarnya.
Kuraih kucing itu, kumasukkan kedalam jacketku. Kupegang dia dengan tangan kiriku dan tangan kananku mengelus kepalanya agar dia tenang.
Susah sekali mencari warung nasi yg buka pada saat puasa ini. Setelah sekitar 15 mnt berjalan, akhirnya ada warung nasi yg atapkan alang2 yg terletak persis dipinggir jalan. Aku dan papaku turun, kubeli 1 ekor ikan mujair goreng dan ku campur dengan sedikit nasi. Kuberi nasi itu, kucing itu langsung melahapnya dengan rakus. Ludes langsung nasi ikan itu! Sekejap saja!
Setelah kenyang, kuberi dia air dan kami melanjutkan perjalanan. Kami mencoba mencari tempat untuknya yg jauh dari jalanan, tapi tak berhasil. Ku telpon temanku si ‘ratu kucing’, kutanyakan bilamana dia ingin menambah lagi koleksi kucingnya dan alhasil dia menolaknya. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa pulang kerumah.
21.10.2006; 09.30am Seperti perkiraanku, reaksi mamaku langsung berubah saat melihat kucing itu. “TIDAKKKKKK” itu kata pertama yg ia ucapkan sebelum aku sempat menjelaskan apa2. Dengan tampangku dan sikucing kecil yg mmg masih lemas, ku nyanyikan lagu yg suka membuat hati orangtuaku terenyuh, I’m nobody’s child, I’m nobody’s child Just like a flower I’m growing wild No mommy’s kisses And no daddy’s smile Nobody wants me I’m nobody’s child
No mommy’s arm to hold me Or see me when I cry Sometimes it gets so lonely I wish that I could die I walk a street of heaven Where all the blind can see And just like the other kid There will be a home for me Nobody wants me… I’m nobody’s child…
Mamaku tersenyum. “okey, tapi kalau udah besar, dimutasi lagi ya?” ujarnya. Kupeluk kucing itu, dan berkata “Welcome to our family ya cing, mimpi apa km semalem?”
Well, kira2 begitulah ceritanya. Dan aku namakan kucing itu si CIDENG (=kucing hideung) yg kebetulan juga berasal dari daerah cihideung. Ngga jelek khan namanya? Hehe. Sekarang dia lincah banget, senengnya maen2, gigit2 barang, loncat2 ngga puguh dan tentu saja favorite kucing pada umumnya yaitu tidur.
Satu hal yg paling penting dan pasti akan kalian tanyakan padaku yaitu bagaimana reaksi si adung bukan? Tatapannya pada si cideng penuh dengan kedengkian dan sok pasti tambah sering pulang kerumah hanya untuk melihat si kecil ini beraksi. Banyak hal yg berubah dari adung sejak ada ‘penghuni’ baru ini. Yang tadinya dia ngga suka susu, malah dia minum krn dia lihat si cideng minum. Hahaha… lucu dech! Tapi yg jadi nyebelin dari adung, dia cari perhatian melulu, pengen minum dikamar mandi depan, abis itu pindah kekamar mandi kamar, teriak2 ngga puguh, pulang dengan badan bau bgt atau sengaja ‘ngencingin’ pohon mamaku. Hahaha…
Well, pets are pets. But they have feelings like we do. But one thing for sure, I love them both. -------------------------------------------------------------- Fyi: Penghuni baru tidak diberi gelar tengku seperti layaknya Tengku Adungdung Syah karena ia berasal dari jawa barat. Mungkin pembaca bisa menyumbangkan nama panjang untuk cideng tanpa mengurangi esensinya sebagai kucing ndeso, mengingat keterbatasan sang penulis untuk hal pemilihan nama yg hanya sebatas tuts calculator. Terima kasih.
Labels: curhat |